Foto : canva.com pro

Saat ini banyak masyarakat yang ingin melakukan pemeriksaan rapid test atau tes cepat untuk mendeteksi dini Covid-19 atau SARS-CoV2. Walau harga rapid test terbilang tidak murah, tidak membuat masyarakat menghindarinya. Hal ini dikarenakan hasil dari rapid test digunakan untuk banyak keperluan administrasi.

Namun, sebelum kita melakukan pemeriksaan ini, alangkah baiknya kita mengetahui cara kerja dan interpretasi hasilnya. Rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus Corona atau SARS-CoV2.

Ketika ada antigen yang masuk ke dalam tubuh kita, dalam hal ini virus SARS-CoV-2, sistem pertahanan tubuh kita akan melawan. Jika tubuh kita disamakan dengan sistem pertahanan negara, maka tentara dalam tubuh kita bernama sel darah putih. Ketika serangan musuh semakin hebat, maka makin banyak juga sel darah putih yang dikerahkan.

Tidak semua sel darah putih menjadi tentara yang menyerang. Ada juga yang menjalankan fungsi sebagai mata-mata. Mereka bertugas membuat profil musuh, dalam hal ini profil virus yang akan dilawan. Setelah informasi profil virus terkumpul, akan ada tim khusus yang akan melawan virusnya. Tim khusus ini yang disebut sebagai antibodi. Untuk melawan virus, antibodi akan menempel pada antigen sehingga kemampuan virus memasuki sel dan memperbanyak diri dapat dicegah. Rapid test antibodi akan mendeteksi apakah ada antibodi dalam sampel darah yang diperiksa.

Dengan kata lain, bila antibodi ini terdeteksi di dalam tubuh seseorang, artinya tubuh orang tersebut pernah terpapar atau dimasuki oleh virus Corona. Namun perlu Anda ketahui, pembentukan antibodi ini memerlukan waktu. Jadi, rapid test di sini hanyalah sebagai pemeriksaan skrining bukan pemeriksaan untuk mendiagnosa infeksi virus Corona atau Covid-19. Tes yang dapat memastikan apakah seseorang reaktif terinfeksi virus Corona sejauh ini hanyalah pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan ini bisa mendeteksi langsung keberadaan virus Corona, bukan melalui ada tidaknya antibodi terhadap virus ini.

Hasil reaktif pada rapid test antibody tidak memastikan adanya infeksi SARS-CoV2. Kemungkinan penyebabnya antara lain:

  1. Terinfeksi virus SARS-CoV2
  2. Adanya infeksi SARS-CoV2 di masa lampau
  3. Adanya reaksi silang dengan virus lain

Jadi bila hasil rapid test Anda reaktif, jangan panik dulu. Antibodi yang terdeteksi pada rapid test bisa saja merupakan antibodi terhadap virus lain atau coronavirus jenis lain, bukan yang menyebabkan Covid-19 atau SARS-CoV-2. Saran yang dapat dilakukan jika hasil rapid test reaktif adalah isolasi diri sesuai dengan saran dokter, serta melanjutkan pemeriksaan konfirmasi dengan metode PCR atau swab tenggorok yang direkomendasikan WHO untuk memastikan apakah yang terdeteksi betul-betul berkaitan dengan penyakit COVID-19.

Jika hasilnya non reaktif, pemeriksaan rapid test perlu diulang sekali lagi 7-10 hari setelahnya. Anda juga tetap disarankan untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari walaupun tidak mengalami gejala sama sekali dan merasa sehat. Karena apabila hasil rapid test pertama non reaktif, Anda dapat menularkan virus ke orang-orang di sekitar.

Apa pun hasil rapid test-nya, pantau terus kondisi kesehatan Anda. Bila muncul gejala Covid-19, seperti batuk, demam, suara serak, dan sesak napas, segera hubungi fasilitas kesehatan untuk dapat dilakukan pemeriksaan dan mendapatkan penanganan yang tepat.